Sepenggal Kisah Rania

Rania kelihatan bersedih saat melepas sepatunya. Wajahnya murung, penuh kegelisahan. Ia memandangi sepatunya yang sudah mulai aus. Saat mata pelajaran IPS, Bu Guru memberi tugas kepada tiap-tiap  siswa untuk menjelaskan  ASEAN. “Bagaimana mungkin aku bisa menjelaskan dengan baik, aku belum pernah berkunjung ke luar negeri. Aku juga tak punya peta negara ASEAN,” gumamnya sembari meletakkan sepatu di rak sepatu.

       Sepulang sekolah tadi, saat di jalan teman-teman Rania bercerita tentang perjalanan mereka ke luar negeri.

        “Asyik aku dapat bagian menjelaskan negara Malaysia, pasti aku bisa. Papa dan mamaku pernah mengajakku ke Malaysia saat mereka ada tugas ke sana”, seru Indah yang papanya seorang diplomat.

“Aku juga pasti bisa, liburan kemarin aku diajak mama ke Singapura”, Abel tak kalah serunya. Abel memang anak orang kaya yang sering jalan-jalan ke luar negeri.

“Hai Rania, pasti besok kamu akan jadi patung di depan kelas. Tak bisa menjelaskan dan tak bisa bercerita tentang negara ASEAN,” sela Fani sembari melirik Rania.

“Kamu kan belum pernah ke luar negeri. Hahaahha…wkwkwkwk... ,” teman-temannya tertawa mengejek. Beruntung ada Dino yang lewat dan segera mengajaknya berlalu.

Percakapan mereka masih terngiang  di telinga  Rania. Sampai suara ibu membuyarkan lamunan Rania.

       Rania, cepat masuk rumah Nak, ayo kita makan siang,” panggil ibunya.

       “Iya Ibu,” jawab Rania sembari bergegas menghampiri ibunya.

       Rania, mengapa kamu murung Nak?” tanya ibunya

       Eee...tidak apa-apa Bu?”  Rania menunduk.

Ia tak mau ibunya mengetahui kegalauannya. Rania merasa ibunya pasti akan sedih mendengar percakapan teman-temannya tadi. Ibunya hanya seorang pedagang asongan dan pekerja paruh waktu mencuci-menggosok baju di beberapa rumah tetangga. Sudah dipastikan ibunya tidak punya cukup uang untuk ke luar negeri. Bisa makan dan membayar biaya sekolah saja sudah sangat beruntung. Rania adalah anak tunggal, ayahnya seorang tukang becak. Kedua orang tuanya sangat ingin Rania menyenyam pendidikan setinggi-tingginya. Rania anak yang cantik, pendiam, baik, dan cerdas.

       Rania, mengapa kamu tidak berselera makan? Ceritakan pada ibu Nak, apa yang terjadi di sekolah tadi?” seolah bisa mengerti isi pikiran Rania.

Rania tetap diam saja. Ia hanya menggeleng kepala sambil melanjutkan makan. Rania tahu walaupun  ia sampaikan pada ibunya, pasti juga tidak bisa membantu memecahkan masalahnya.

                  Baiklah, kalau memang Rania belum mau cerita sama Ibu. Setelah makan dan istirahat sebentar, Ibu minta tolong antarkan pesanan sambal pecel ini ke rumah Tante Rini ya!”

                 Besok saja ya Bu? Rania ada pekerjaan rumah yang harus diselesaikan,” ucap Rania dengan berat. Ia merasa terganggu waktunya jika harus mengantar pesanan langganan ibu. Tante Rini selalu memesan sambel pecel pada ibuku. Konon, kata Tante Rini, sambal pecel buatan ibuku sangat enak. Tante Rini sering membawa sebagai bekal saat bertugas ke luar negeri.

                 “Tidak bisa Ran, bumbu pecel ini akan dibawa besok. Tante Rini akan berangkat ke luar negeri besok pagi.” Pinta ibu sambil mendekati Rania seraya menyerahkan bungkusan yang berisi sambal pecel.

                 Rania pun dengan langkah gontai akhirnya pergi juga ke rumah Tante Rini. Rumah Tante Rini tak jauh dari rumahnya. Hanya saja  Rania harus menyeberang jalan melewati perempatan jalan utama masuk ke desanya. Rania mengayuh sepeda mini dengan lesu. Sepanjang jalan ia memikirkan beberapa negara anggota ASEAN. Mencari ide apa yang akan disampaikan besok di depan kelas.

                 “Assalamu’alaikum Tante Rini. Tante Rini… Tante Rini.” Rania memencet bel di pagar rumah. Sudah lama sekali Rania tidak ke rumah tante Rini. Sejak Rania masih kecil saat diajak ibu bekerja di rumah ini. Ibu Rania setiap pagi membersihkan rumah Tante Rini dan bekerja paruh  waktu sudah hampir sepuluh tahun.

                 “Oh, ada Rania. Ayo masuk.”

                 “Iya Tante.”

                 Rania menyandarkan sepedanya di dekat pagar. Setelah menutup pagar ia kemudian bergegas mengikuti Tante Rini masuk ke ruang tamu. Sambil menunggu Tante Rini, Rania memperhatikan sekeliling ruang tamu. Alangkah terkagum-kagumnya Rania saat melihat pernak-pernik hiasan ruang tamu. Semua buatan luar negeri. Ada hiasan pajangan yang berbentuk piring, kipas, foto-foto semuanya bertuliskan dari negara-negara di dunia. Saat aku melihat kulkas yang ada di ruangan  lain ada banyak magnet kulkas dari berbagai negara. Rania mengamati dengan saksama. Ada magnet kulkas dari Vietnam, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand, China, Hongkong,  Filipina dll. Rania jadi teringat bukankah itu semua ada yang termasuk negara anggota ASEAN.

                 “Rania, kok malah bengong. Ayo, dicicipi kue yang di meja.”

                 “Ee..ee..iya, iya Tante.” Rania tersipu malu.

                  “Tante, apakah semua itu dari luar negeri?” Rania memberanikan diri bertanya kepada Tante Rini.

                 “Iya, tentu Ran. Tante bertugas di negara-negara Asia Tenggara untuk mengajarkan bahasa Indonesia bagi penutur asing. Setiap saat berpindah tugas ke negara yang berbeda.”

                 “Kalau begitu apakah Tante tahu tentang ASEAN?”

                 Association of Southeast Asian Nations yang disingkat ASEAN merupakan sebuah organisasi geopolitik dan ekonomi dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Memangnya kenapa Ran?”

                 “Saya mendapat tugas dari Bu Guru untuk menjelaskan  ASEAN. Akan tetapi, saya tidak punya buku atau peta yang mendukung tentang ASEAN. Maukah Tante bercerita sedikit tentang negara anggota ASEAN yang pernah Tante kunjungi?”

                 “Oh, begitu rupanya. Baiklah. Apakah Rania tahu dari manakah asal cinderamata ini?” Tante Rini mengambil magnet kulkas yang berbentuk gajah. Ia memperlihatkan padaku dan meminta aku memegangnya.

                 “Bentuk gajah merupakan cinderamata khas Thailand dari kota Bangkok. Bangkok adalah kota tempat didirikannya ASEAN. Tepatnya pada tanggal 8 Agustus 1967 berdasarkan Deklarasi Bangkok.”

Tante Rini kemudian mengambil lagi beberapa magnet kulkas. Ia memberikannya kepada Rania. Ia mengamati dengan saksama.

                

                 “Dari manakah asal cinderamata itu Ran?”

                 “Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand,” Rania menjawab dengan lancar karena di dalam cinderamata itu sudah tertulis nama negara.

“Ya, betul . Itulah nama-nama negara yang pertama kali mendirikan ASEAN. Organisasi ini bertujuan, antara lain, untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan kebudayaan negara-negara anggotanya.”

“Indonesia salah satu negera anggota yang aktif dalam pengembangan kebudayaan. Beberapa budaya lokal Indonesia sudah menginternasional di kawasan negara ASEAN, misalnya tari-tarian, gamelan, dan seni kain batik.”

                 Tante Rini menceritakan berbagai pengalamannya saat bertugas di Malaysia, Singapura, Vietnam, dan Laos. Beberapa negara memiliki kesamaan budaya dan keragaman budaya. Negara-negara anggota ASEAN saling bekerja sama dalam hal pendidikan. Kepedulian terhadap kemajuan pendidikan di tingkat ASEAN sangat diperhatikan. Tak terasa hari sudah menjelang malam. Rania pun pamit. Sebelum pulang, ia diberi Tante Rini sebuah Peta Asia dan beberapa cinderamata dari negara-negara anggota ASEAN.

                 “Terima kasih Tante Rini. Semoga lancar perjalanan besok.” Ucap Rania sembari membuka pagar dan mengambil sepedanya. Rania riang gembira. Ia mengayuhkan sepedanya dengan kencang, berharap segera sampai di rumah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bidadari Bermata Jeli

Kisah Hidup Queeny Chang (Anak Tjong A Fie Orang Terkaya di Medan)

Rahasia Jojo Sang Juara⁣ karya Eko Marini