Mengurai Kenangan dalam Sebuah Perjalanan The Buried Giant (Yang Terkubur) Karya Kazuo Ishiguro


 


 

 

Yang Terkubur (The Buried Giant)  (2019) adalah sebuah novel karya penulis Inggris kelahiran Jepang Kazuo Ishiguro. Terpilih pada penghargaan Nobel Sastra Tahun 2017. Novel sebanyak 480 halaman ini terdiri dari tiga bagian, tujuh belas bab.

 

 

Karya sastra merupakan hasil pemikiran tentang kehidupan manusia yang perwujudannya dalam fiksi serta keberadaannya merupakan pengalaman manusia. Suatu karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk dibaca, dimengerti, dan dinikmati. Melalui karyanya, pengarang ingin mengungkapkan masalah manusia dan kemanusiaan, penderitaan, perjuangan, kasih sayang, kebencian, nafsu dan segala sesuatu yang dialami manusia di dunia ini. Pengarang dengan cipta sastra mau menampilkan nilai-nilai yang lebih tinggi dan mampu menafsirkan tentang makna dan hakikat hidup. Kazuo Ishiguro adalah seorang pengarang yang berperan aktif dan  mampu menggugah dunia sastra.

Kazuo Ishiguro melalui The Buried Giant yang telah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia dengan judul Yang Terkubur ingin menyampaikan hal-hal yang sangat manusiawi, tentang dasyatnya kekuatan cinta, kesetiaan, kehidupan yang keras dalam masa peperangan, kebencian, dan balas dendam. Selain itu novel ini juga mengungkapkan perenungan tentang betapa berharganya sebuah kenangan masa lalu.  Kazuo Ishiguro menceritakan setiap karakter tokohnya dengan pelan-pelan dalam setiap waktu yang tepat sesuai alur ceritanya. Hal itu membuat pembaca seolah-olah merasa terkejut dengan hal baru yang dijumpainya pada setiap tokoh. Pembaca dibuat menyimpulkan dan memberi pandangan sendiri tentang karakter tokoh tanpa menghakimi pembaca.

Tema yang ia angkat  pun sangat menyentuh yaitu tentang kehidupan setelah masa berakhirnya perang  antara Saxon dan Briton. Sebuah perjuangan dalam hidup dengan kisah yang amat menyentuh dan mencekam. Seluruh penjuru negeri hampir kehilangan kenangan akan masa lalu mereka. Akibat sebuah kabut dan mantra si naga betina dengan julukan Quiriq telah merenggut kenangan mereka. “Masa lalu sepertinya pudar ke kabut setebal halimun yang menggantung di atas rawa-rawa” (halaman 15). Rentetan peristiwa bersejarah dalam perang pembunuhan dan pembantaian terhadap anak-anak, wanita, orang tua terkuak secara samar-samar dalam setiap kejadian yang dialami sang tokoh. Tokoh-tokoh yang satu dengan yang lainnya saling terkait di masa lalu.

Setiap pengarang mempunyai konsep berbeda-beda dalam melahirkan suatu cipta sastra. Hal ini disebabkan adanya berbagai latar belakang pendidikan, sosial dan gaya tiap penulis. Novel Yang Terkubur ini sarat dengan konflik, ditulis dengan gaya realis, alurnya terkadang liar dan seringkali menyentuh, tak biasa, dan tak terduga, namun amat memikat.

Kisah diawali dengan sepasang suami-istri bernama Axl dan Beatrice berangkat untuk mengunjungi putra mereka, yang sudah bertahun-tahun berpisah. Saat dalam perjalanan mereka berteduh di sebuah bekas Villa. Di sana ada seorang perempuan tua dan seorang lelaki tukang perahu. Seorang perempuan tua bercerita tentang perjalanannya dengan suaminya yang dipisahkan oleh sang tukang perahu saat hendak menyebrang ke sebuah pulau. Sang tukang perahu berkisah bahwa pulau yang akan dituju tersebut bukanlah pulau yang biasa karena setiap orang yang tiba di sana akan berjalan di antara kehijauan dan pepohonan sendirian, tidak akan bertemu orang lain. Jadi  setiap pasangan yang akan disebrangkan ke pulau diberikan pertanyaan untuk mengetahui apakah ikatan di antara mereka berdua cukup kuat sehingga bs disebrangkan berdua. Untuk melihat apakah ikatan mereka cukup kuat tukang perahu harus meminta mereka untuk memperlihatkan kenangan mereka yang paling berharga. Satu per satu ditanyai dengan pertanyaan yang sama secara terpisah. Mendengar hal itu Beatrice sangat gelisah bagaimana jika dia dan Axl tidak punya ikatan yang kuat karena mengingat kenangan di masa lalu saja tidak bisa.

Selanjutnya saat tukang perahu menceritakan tempat tersebut Axl seolah mengingat kenangannya di tempat itu.

“aku bersyukur, nyonya yang baik, bangunan ini masih berdiri seperti sekarang karena rumah ini telah menyaksikan hari-hari peperangan ketika banyak rumah seperti ini dibakar hingga musnah dan sekarang yang tersisa hanya gundukan tanah di bawah rumput dan sesemakan” kata tukang perahu. (halaman 67)

Axl merasa bahwa dirinya pernah berada di tempat itu. Setelah mereka selesai berteduh kemudian melanjutkan melanjutkan perjalanan lagi. Axl dan Beatrice memasuki desa Saxon. Beatrice merasakan nyeri di kakinya hal itu membuat jalannya lebih lambat. Beatrice mendapat informasi dari Ivor untuk menemui biarawan bijak bernama Jonus di jalan gunung yang bisa mengobati sakit Beatrice. Dalam perjalanan menuju gunung Axl dan Beatrice ditemani oleh Ksatria prajurit Saxon bernama Wistan dan Edwin seorang bocah yang diselamatkan oleh Wistan. 

Mereka kemudian bertemu dengan Gawain seorang ksatria Briton bersama kudanya. Gawain menceritakan dirinya adalah keponakan Arthur yang hebat di masanya. Pada saat itu Wistan mengingat masa lalunya pernah melihat Gawain. Kemudian dia juga mengingat wajah Axl dan menanyakan hal itu kepada Gawain. Mereka seolah mendapatkan memori  yang pernah hilang di masa lalu. Wistan sendiri sebenarnya sudah sejak bertemu pertama kali dengan Axl merasa pernah melihat Axl. Wistan seperti mengingat bahwa Axl adalah orang yang menyayanginya di waktu kecil. Axl juga seperti mengingat kenangan masa lalunya. Ingatan mereka samar-samar terkuak tetapi tidak dapat dengan jelas memastikan apa yang mereka ingat. Gawain memutuskan untuk melanjutkan menyelesaikan tugasnya untuk menghadapi naga betina yang bernama Querig. Sementara rombongan Axl menuju biara yang ada di gunung.

Selanjutnya di bagian kedua novel ini mengisahkan perjalanan Axl dan Beatrice yang tak terduga. Kita-sebagai pembaca akan mendapat kejutan-kejutan yang istimewa. Axl dan Beatrice ditemani Wistan dan Edwin akhirnya sampai di biara. Beatrice berhasil bertemu dengan Father Jonan dan memastikan bahwa luka Beatrice tidak berbahaya. Tetapi prajurit Lord Brenus yang menyerang biara dengan sasaran Wista. Kejadian itu menyebabkan Axl, Beatrice dan Edwin harus masuk sebuah terowongan. Di dalam terowongan itu keadaannya sangat mencekam. Saat berjalan menyusuri terowongan Beatrice seperti melihat banyak tulang anak-anak, orang dewasa, dan juga tulang-tulang tubuh lainnya seperti tengkorak. Melewati terowongan tersebut seperti mengingat sebuah kenangan bahwa pernah terjadi sebuah pembantaian di tempat tersebut.

Kazuo Ishiguro sangat lihai dalam mengatur alur cerita ini. Pertemuan-pertemuan yang tak terduga antara tokoh-tokohnya membuat cerita ini semakin memikat. Seperti cerita saat Axl, Beatrice, dan Edwin di terowongfan ini tanpa diduga bertemu lagi dengan Gawain. Mereka diselamatkan oleh Gawain hingga bisa keluar dari terowongan tersebut. Axl juga mulai mendapat sedikit ingatannya. “Kabut ini menggantung begitu pekat menutupi masa laluku,” kata Axl.” Tapi akhir-akhir ini aku menyadari aku mengingat suatu tugas dan amanat yang amat penting yang dipercayakan kepadaku.” (halaman 274).

Setelah keluar dari terowongan mereka kemudian berpisah. Gawain mencari kudanya yang bernama Horace, Edwin menyusul Wistan kembali ke biara, sementara Axl dan Beatrice kembali melanjutkan perjalanan mencari anaknya.

Setiap cerita dalam novel ini memiliki keterkaitan dengan cerita lainnya di bagian yang lain. Axl dan Beatrice melanjutkan perjalanan menuju desa anaknya. Gawain melanjutkan perjalanan mencari kudanya. Edwin kembali ke biara untuk menemukan Wistan. Masing-masing dalam perjalanan dengan tujuan yang berbeda.

Setiap bab selanjutnya mengisahkan perjalanan mereka masing-masing. Dalam bab delapan diceritakan Edwin yang kembali ke biara dan menemui Wistan. Pada bagian tiga mengisahkan tentang Gawain bersama kudanya Horace. Gawain yang merupakan Ksatria Athur yang hebat diberi tugas untuk mencari Qurig dan membinasakannya. Gawain mengenang masa lalu bahwa dulu mereka ksatria berlima dan yang dua orang lagi sudah tewas. Gawaian, Wistan dan Axl adalah ksatria yang selamat. Mengisahkan perjalanan Gawain dalam masa peperangan. Dalam masa itu sebuah perjanjian takzim untuk tidak melukai para perempuan, anak-anak dan lansia. Akan tetapi perjanjian itu telah dilanggar. Perjanjian yang dulu dibuat Axl dan raja Arthur sudah tidak ditaati lagi. Hal itu menjadikan kemenangan Arthur. Mereka membantai lautan Saxon. Dalam kisah ini diketahui nama Axl adalah Axelus yang kemudian dipanggil Axl.

Selanjutnya bab sepuluh mengisahkan Edwin dan Wistan. Wistan melanjutkan perjalanan untuk menemukan si naga betina. Wistan menggunakan Edwin untuk penunjuk jalan menemukan Querig tetapi Edwin sendiri memiliki misi khusus untuk menyelamatkan ibunya. Mereka akhirnya bergegas melanjutkan perjalanan. Kisah Axl dan Beatrice diceritakan kembali pada bab sebelas. Axl dan Beatrice akan menyebrang dengan menggunakan keranjang karena tukang perahu tidak mau membantu. Axl dan Beatrice setelah sampai di daratan bertemu dengan tiga orang anak yang menitipkan kambingnya untuk ditambahkan di atas bukit bebatuan agar dimakan Queriq.

Alur cerita ini melompat-lompat dan membuat pembaca semakin penasaran dengan kisah selanjutnya. Dalam setiap bab dengan bab lainnya saling berkaitan. Pada bagian bab ke lima belas mereka semua akhirnya bertemu kembali. Axl, Beatrice, dan Gawain akhirnya sampai di tumpukan batu raksasa. Mereka juga melihat Edwin dan Wiston menuju tempat mereka sekarang ini. Tepat ditempat itu Axl seolah mendapatkan ingatannya tentang masa lalu. (menceritakan masa lalu hal 407). Mengingat kenangannya membuat Axl semakin ingin melindungi Beatrice. Dulu Axl adalah anak buah Arthur. Dalam percakapannya dengan Gawain, Axl meningat semua masa lalunya bersama Arthur. Axl bersikeras untuk mengajak Beatrice kembali menuruni hutan, tetapi Beatrice tidak mau sebelum semuanya selesai.

Akhirnya Wistan bertempur dengan Gawaian. Gawain meninggal dan Wistan yang membunuh Querik, si naga betina. Axl dan Beatrice melajutkan perjalanannya menuju desa putra mereka. Di akhir cerita ini mengisahkan Beatrice ingin menyebrang ke pulau. Dan Axl tidak bisa naik perahu yang sama. Akhirnya mereka berpisah.

Novel ini menegaskan bahwa segala sesuatu sudah dalam skenario oleh-Nya. Bahwa pada dasarnya kita tidak bisa menghidarkan takdir yang sudah tertulis untuk kita. Selain itu, novel ini  juga tak terlepas dari muatan spritual kisah di biara dengan para biarawan. Serta kisah lainnya yang menyebutkan bahwa Tuhan memang ada.

 Daya tarik yang menonjol dari karya tersebut juga terletak pada kemungkinan yang amat luas dari eksplorasinya terhadap karakter dan peristiwa, sehingga antara bagian yang satu dengan bagian lainnya selalu mengandung kekayaan dan keterikatan. Setiap bagian mengisahkan sesuatu yang baru dari karakter tokoh. Seiring perjalanan Axl dan Beatrice terkuak kenangan masa lalu. Hal itu menjadikan cerita makin jelas gambarannya. Pendeskripsian yang kuat pada setiap tokohnya membuat cerita ini menjadi menarik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bidadari Bermata Jeli

Kisah Hidup Queeny Chang (Anak Tjong A Fie Orang Terkaya di Medan)

Rahasia Jojo Sang Juara⁣ karya Eko Marini